Balad OMO

Rabu, 15 Juni 2016

Aku Bermimpi, maka Terjadi



Aku ingin bermimpi
Lahir dan mati di negeri sendiri
Kehadiranku diingini
Ketiadaanku ditangisi
Lalu aku hidup-menghidupi
Hidup yang abadi
Di jasmani, di rohani
Di duniawi, di ukhrawi
Saling menggenggam insani
Dalam pelukan Ilahi

Sebagai rakyat, aku sepakat
Kamu aparat, aku berkhidmat
Sebagai tuan, aku keramat
Kamu komandan, aku taat
Masak pelayan dilayani majikan!
Masih bingung siapa pelayan/majikan?

Kong Hu Cu yang ajarkan
Abdi direkrut karena mampu dan ihsan
Pun Umar bin Khathab amalkan
Boleh nepotis, asal ada dua patokan
Di bumi ini, kemampuan dan kebajikan
Adalah jalan keabadian
Kata kuncinya: kesempatan
Inilah maksud rotasi bumi sebagai pelajaran
Keabadian ekuivalen dengan bergiliran
Terus berputar yang terjadi keausan
Bergantianlah, maka peremajaan
Naif, jika lo lagi lo lagi sebagai terjemahan
Karena sejatinya kita ialah pelayan:
Abdullah sebagai pelayan Tuhan dan
Khalifah sebagai pelayan ciptaan Tuhan

Jangan bangunkan aku, wahai pertiwi!
Mimpiku ini smoga bukan obsesi
Duh Gusti, bolehkah kita bernegosiasi:
Aku bermimpi, maka terjadi?!

Bandung, 20160614, adzan maghrib
Cq. lanjutkan mimpiku ke tahun 2035, Tuhan, ke zaman robot melayani manusia sebagaimana film “I, Robot” (rilis: Juli 2004; aktor utama: Will Smith; penulis: Jeff Vintar ternyata diilhami karya Agatha Christie). Di tahun ini, anakku kan bersaing dengan robot di dunia kerja; atau semestinya: kegiatan anakku dilayani robot!

O, terlalu mahal cipta dunia robot! OK, bikinlah software: program-program yang mempermudah kegiatan Rakyat; mudah diakses; murah-meriah biaya dan waktu. Aku akui, kini, telah dirintis seperti dengan Pelayanan Satu Atap. Maksudku, mari minimalisasi pengeluaran biaya dan waktu tak produktif (konsumtif). Rasionalisasi PNS/ASN terus dievaluasi. Nanti, tinggal segelintir; mending anggaran belanja untuk Bangunlah Jiwanya (cipta Rakyat kreatif, Rakyat profesional) kemudian Bangunlah Badannya (infrastruktur …) daripada anggaran belanja dominan konsumtif untuk Pegawai …
Kantor2 itu, gedung2 itu, aset2 itu, serah-gilirkan ke Rakyat sebagai rumah kreasi, modal produksi. Insya Allah, Rakyat dan negeri ini bangkit-maju … Mari MUSYAWARAH lagi tuk membangun RI seperti tahun2 sebelum ada komputer atawa hape—padahal gawai2 ini, seharusnya, lebih mempermudah tuk interaksi-komunikasi antara atas-bawah; antara kanan-kiri!
Hadeuh ada yang mengusik: Siapa pencipta akronim ‘pekat’ (penyakit masyarakat)? Faktanya, yang ngefek nasional ialah pekat ‘sejati’ (penyakit aparat) karena ter la lu: Sudah diberi fasilitas, tunjangan, bla bla bla, masih juga KORUPSI terus pekat itu. Ya, nakal hasil korupsi! Perlukah didata di sini?
Masih bingung juga siapa pelayan/majikan? Mari bertukar mimpi … Atau, mari kita hilangkan dikotomi pelayan : majikan menjadi ‘rekanan’ … Tapi kayaknya, mimpi kita jadi tak asyik ah … Nanti, saling ndak mau; saling ingin ini-ingin itu; terutama Rakyat = orang kebanyakan jadi tak bisa bermimpi … Masih tega juga mau merebut mimpinya? Tetaplah menjadi Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif – jangan jadi THIEF; menjadilah pelayan Rakyat; tinggal melayani Rakyat; pasti, Rakyat kan berkhidmat-taat kepada kalian! Percayalah … Terima kasih, tidak bangunkan aku.

Sumber foto: google/i, robot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar