Aku
ingin bermimpi
Lahir
dan mati di negeri sendiri
Kehadiranku
diingini
Ketiadaanku
ditangisi
Lalu
aku hidup-menghidupi
Hidup
yang abadi
Di
jasmani, di rohani
Di
duniawi, di ukhrawi
Saling
menggenggam insani
Dalam
pelukan Ilahi
Sebagai
rakyat, aku sepakat
Kamu
aparat, aku berkhidmat
Sebagai
tuan, aku keramat
Kamu
komandan, aku taat
Masak
pelayan dilayani majikan!
Masih
bingung siapa pelayan/majikan?
Kong
Hu Cu yang ajarkan
Abdi
direkrut karena mampu dan ihsan
Pun
Umar bin Khathab amalkan
Boleh nepotis,
asal ada dua patokan
Di bumi
ini, kemampuan dan kebajikan
Adalah
jalan keabadian
Kata
kuncinya: kesempatan
Inilah
maksud rotasi bumi sebagai pelajaran
Keabadian
ekuivalen dengan bergiliran
Terus
berputar yang terjadi keausan
Bergantianlah,
maka peremajaan
Naif,
jika lo lagi lo lagi sebagai terjemahan
Karena
sejatinya kita ialah pelayan:
Abdullah
sebagai pelayan Tuhan dan
Khalifah
sebagai pelayan ciptaan Tuhan
Jangan
bangunkan aku, wahai pertiwi!
Mimpiku
ini smoga bukan obsesi
Duh
Gusti, bolehkah kita bernegosiasi:
Aku
bermimpi, maka terjadi?!
Bandung,
20160614, adzan maghrib
Cq.
lanjutkan mimpiku ke tahun 2035, Tuhan, ke zaman robot melayani manusia
sebagaimana film “I, Robot” (rilis: Juli 2004; aktor utama: Will Smith; penulis:
Jeff Vintar ternyata diilhami karya Agatha Christie).
Di tahun ini, anakku kan bersaing dengan robot di dunia kerja; atau semestinya:
kegiatan anakku dilayani robot!
O, terlalu mahal cipta dunia robot! OK, bikinlah software: program-program yang mempermudah kegiatan Rakyat; mudah diakses; murah-meriah biaya dan waktu. Aku akui, kini, telah dirintis seperti dengan Pelayanan Satu Atap. Maksudku, mari minimalisasi pengeluaran biaya dan waktu tak produktif (konsumtif). Rasionalisasi PNS/ASN terus dievaluasi. Nanti, tinggal segelintir; mending anggaran belanja untuk Bangunlah Jiwanya (cipta Rakyat kreatif, Rakyat profesional) kemudian Bangunlah Badannya (infrastruktur …) daripada anggaran belanja dominan konsumtif untuk Pegawai …
Kantor2
itu, gedung2 itu, aset2 itu, serah-gilirkan ke Rakyat sebagai rumah kreasi,
modal produksi. Insya Allah, Rakyat dan negeri ini bangkit-maju … Mari
MUSYAWARAH lagi tuk membangun RI seperti tahun2 sebelum ada komputer atawa
hape—padahal gawai2 ini, seharusnya, lebih mempermudah tuk interaksi-komunikasi
antara atas-bawah; antara kanan-kiri!
Hadeuh
ada yang mengusik: Siapa pencipta akronim ‘pekat’ (penyakit masyarakat)? Faktanya,
yang ngefek nasional ialah pekat ‘sejati’ (penyakit aparat) karena ter la lu: Sudah
diberi fasilitas, tunjangan, bla bla bla, masih juga KORUPSI terus pekat itu. Ya,
nakal hasil korupsi! Perlukah didata di sini?
…
Masih
bingung juga siapa pelayan/majikan? Mari bertukar mimpi … Atau, mari kita
hilangkan dikotomi pelayan : majikan menjadi ‘rekanan’ … Tapi kayaknya, mimpi
kita jadi tak asyik ah … Nanti, saling ndak mau; saling ingin ini-ingin itu;
terutama Rakyat = orang kebanyakan jadi tak bisa bermimpi … Masih tega juga mau
merebut mimpinya? Tetaplah menjadi Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif –
jangan jadi THIEF; menjadilah pelayan Rakyat; tinggal melayani Rakyat; pasti,
Rakyat kan berkhidmat-taat kepada kalian! Percayalah … Terima kasih, tidak
bangunkan aku.
Sumber foto: google/i, robot
Sumber foto: google/i, robot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar