Esai untuk 31 Mei: Hari Tanpa Tembakau
Internasional; 21 Juni: Hari Krida Pertanian; dan 26 Juni: Hari Anti-Narkoba
Di Google, ketik “manfaat guna
tembakau” diperoleh “About 257,000 results (0.44 seconds)”; kemudian, ketik “manfaat
guna rokok” diperoleh “About 641,000 results (0.47 seconds)”. Wow, jadi lebih banyak manfaat rokok
daripada tembakau? Masing-masing ke-8 situs di antaranya, saya buka dan saya
bikin anotasi berikut:
1.
Selain bahan untuk rokok, manfaat tembakau (Arab:
tabbaq, Inggris: tobacco, Sunda: bako) adalah:
(1) menghasilkan
protein antikanker; (2) melepaskan
gigitan lintah; (3) obat
antidiabetes dan antibodi; (4) anti-radang; (5) obat HIV/AIDS; (6) pemeliharaan kesehatan ternak; (7) penghilang embun; (8) obat luka; (9) sebagai biofuel; (10) bisnis tembakau; (11) obat nyamuk; (12) obat kutu yang ada pada tanaman; (13) mengusir ulat pada tanaman; (14) mengatasi hama lipan; (15) sebagai pengusir laba-laba; (16) mengurangi bisa gigitan; (17) bahan campuran untuk obat pilek dan pasta
gigi (18) mencegah penyakit pada
daerah wabah; (19) menghasilkan
melanin bagi manusia; (20) obat
anti-inflamasi dan autoimun; (21) secara umum, menurut situs http://www.firdaus45.com/2015/04/manfaat-tembakau-dibalik-bahaya-merokok.html, di kalangan medis (manusia
dan hewan) digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat, sedangkan di kalangan
pertanian digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida; serta (22) situs http://www.amazine.co/6036/tips-berkebun-7-manfaat-tembakau-untuk-tanaman/ menunjukkan kiat-praktik pemanfaatan
tembakau sebagai pestisida di kebun atau di rumah.
2.
Adapun manfaat rokok (Arab: dukhaan/sijaar,
Inggris: cigarette, Sunda: udud/roko) atau merokok (to smoke) adalah: (1) lihat situs https://indocropcircles.wordpress.com/2014/06/30/10-manfaat-rokok-bagi-kesehatan-manusia/,
saya rekomendasikan baca ini karena lumayan fair,
meskipun untuk yang serius diperlukan penelitian lanjutan seperti dengan riset partisipatoris,
uji lab, dan uji sosial (survei pro-kontra rokok/merokok di masyarakat kita);
(2) situs http://www.kompasiana.com/carlorossano/8-manfaat-rokok-yang-mengagumkan_54f95de4a333112b058b4d58,
menyebutkan delapan manfaat rokok/merokok untuk kesehatan; (3) situs http://www.jendelacito.info/2014/03/sisi-positif-rokok-bagi-kesehatan.html
menyebutkan lima sisi positif rokok bagi kesehatan; (4) situs http://www.kompasiana.com/membunuhindonesia/manfaat-tembakau-yang-disembunyikan_5529e6f46ea8345973552cfd
ini, meskipun berjudul ‘tembakau’, justru mengurai manfaat rokok/merokok, (5) situs
http://alimustakim.heck.in/manfaat-dan-kegunaan-abu-rokok-atau-latu.xhtml
menginformasikan manfaat dan kegunaan abu rokok, yakni untuk: mengkilapkan batu
akik, memurnikan air, menggososk emas, membersihkan alat dapur , membersihkan
mebel, membersihkan kaca, membuat bibit tahan lama, dan menyuburkan tanah; sedangkan
(6) situs-situs lainnya berisi sekadar lucu-lucuan atau humor belaka, meskipun dengan judul manfaat rokok bagi
manusia (baca: perokok)!
3. Nah,
hihi, m
enurut situs http://manfaat.co.id/manfaat-tembakau, tiga perempat dari orang di
seluruh dunia tidak tahu perbedaan antara ‘tembakau’ dan ‘rokok’. Padahal, perbedaan
yang mendasar, pertama, tembakau
ditanam di pertanian sementara rokok diproduksi di pabrik; dan kedua, tembakau dapat dikunyah dan
dimakan seperti sayuran, sedangkan orang merokok pasti berbahaya untuk
kesehatan. Kemudian sebuah situs mengabarkan, menurut
Food and
Agriculture Organization (FAO), sekitar 100 negara tercatat
sebagai penghasil tembakau terbesar di dunia. Pada tahun 2007, jumlah produksi
tembakau dunia mencapai 6,5 juta ton. Negara yang diketahui sebagai produsen atau
pemasok tembakau terbesar dunia, adalah: (1) China, (2) Brazil, (3)
India, (4) Amerika Serikat, (5) Argentina, dan (6) Indonesia.
Di Indonesia, tembakau
merupakan salah satu komoditas terpenting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Industri tembakau dari hulu ke hilir telah melibatkan jutaan tenaga kerja.
Tahun 2011, pemerintah mengantongi pendapatan dari cukai rokok, salah satu
produk dari tembakau, sebesar Rp 70 triliun.
Pada tahun 2007, Indonesia menjadi negara ke-6
penghasil tembakau terbesar dunia dengan jumlah produksi tembakau sebesar
164.851 ton. Hasil panen tembakau di Indonesia mampu menyumbang 2,67 % daun
tembakau dari pasokan global. Namun, jumlah produksi tersebut bukanlah angka
tertinggi selama 20 tahun terakhir. Tahun 2001 produksi tembakau Indonesia
mencapai 200 ribu ton lebih, padahal permintaan tembakau dalam negeri terus meningkat!
(lihat situs:
http://topflavors.blogspot.co.id/2016/05/6-negara-produsen-tembakau-terbesar_31.html).
Mari Berhenti Merokok dan Cari Solusi untuk Tembakau
MOHON MAAF saya selingkuh
(merokok lagi) karena …
Testimoni saya berhenti merokok
selama 17 hari: SEGER-ENERGIK. Mengapa merokok lagi? Karena …
Kemarin, saya mengajak berhenti
merokok itu karena saya sudah berhenti merokok (Itu rekor berhenti ter-hebat
saya sejak merokok sekitar 35 tahun-an). Ketika, kini, saya menjadi perokok
lagi, saya tidak mengajak untuk
merokok. Justru seperti kemarin-kemarin ketika saya jadi perokok, di ketika
serius, saya bersikap gini:
1. Bab
‘rokok’, sebenarnya, saya no comment
karena seperti self-explanatory,
seperti taken for granted, dan jangan
saling mengganggu. Nah, ketika ada yang mengganggu, silakan saling mengganggu
dengan catatan: konvergen, tidak divergen. ‘Mengganggu’ di sini sudah ‘hukum
alam’, yakni ada pro-kontra dan saya berbaik sangka: para pihak ini SEPAKAT
bahwa gangguan itu tidak melibatkan pihak ketiga, sebutlah bayi yang belum bisa
mengatur nafasnya. Di sini, perokok pun kan pentung perokok yang berani
embuskan asap rokok ke bayi itu!
2. Saya
setuju, perokok itu harus merokok seperti di poster Puskesmas: dalam botol
tertutup; seperti jin di dalam lampu Aladin: enak sendiri, pengap sendiri, dan
mati sendiri! Saya tegur perokok di angkot ketika ada bayi, ibu-ibu, atau yang
terganggu tapi sungkan menegur. Saya tidak merokok di area dilarang merokok. Saya
pernah ingatkan koran regional yang beroplah terbesar kedua di provinsi karena
pasang iklan rokok yang gede di halaman muka. Saya tidak pernah menyuruh anak
kecil untuk belikan rokok. Saya pun matikan rokok ketika ada anak kecil
menghampiri saya dan memang merokok jadi tidak nikmat kalau ada anak kecil!
3. Di
status FB, saya menulis: “gara2 FB-an, alhamdulillaah, bisa berhenti merokok …”
Ya, karena di status grup-grup FB yang lain, saya sering menulis ‘kebaikan’;
sedangkan merokok adalah ‘kejahatan’ atau ‘si abu’; maka saya ingin kejelasan:
berhentilah merokok atau jangan merokok! Saya pun ungkap kronologi interaksi
saya dengan rokok. Menurut saya, itu fair. Ada positif, ada negatif; bahkan
saya ajukan feed-back: Yuk, kita cari
solusi agar tembakau tidak sekadar untuk bahan rokok!
Ketika dulu merokok dan kini
merokok lagi, menurut saya, hal-hal berikut ini pun MENGGANGGU (gelitik-i) saya,
apalagi bagi civitas anti-rokok. Mari buka-buka-an, jujur-jujuran:
1. Tiga
orang terkaya di Indonesia 2015-2016 itu orang rokok (Djarum, Djarum, dan
Gudang Garam), perokok-kah? (lihat situs, misalnya: http://www.forbes.com/indonesia-billionaires/list/#tab:overall; http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/16/03/02/o3egjw377-ini-10-orang-terkaya-di-indonesia-2016-versi-forbes;
http://ilmupengetahuanumum.com/10-orang-terkaya-di-indonesia-2015/;
dan http://ilmupengetahuanumum.com/10-orang-terkaya-di-indonesia-2016-versi-forbes/).
2. Rokok
menjadi sponsor siaran langsung sepakbola internasional, perokok-kah pemilik
stasiun televisi swasta nasional itu?
3. Seingat
saya, ada tiga contoh relasi yang ‘diuntungkan’ rokok: (a) anti-rokok, naik
haji, dan lupa bahwa item di warungnya yang paling laku adalah rokok; (b)
perokok, akrab dengan pembeli karena sesama perokok, naik haji, pulang haji
berhenti merokok, dan warungnya menjadi sepi, tak lama bangkrut; serta (c)
anti-rokok hingga kini dan ketika kuliah dapat beasiswa dari rokok.
4. Stiker
canda, misal: “Sejak saya membaca artikel tentang bahaya merokok, saya berhenti
membaca!” Nah, ini harus dilayani dengan ‘canda’ lagi karena ‘bahaya’ kok
dicanda-in!
5. Iklan
rokok yang ‘hebat’ (jagoan, pemberani, orang sukses, penuh kekompakan, atau penuh
keceriaan) itu harus dilawan dengan iklan anti-rokok yang ‘hebat’ pula!
6. Memang
ndak ada sponsor lain, buat pendidikan dan olahraga, kok sponsornya dari rokok?
(seperti beasiswa pendidikan, beasiswa diklat, sponsor olahraga sepakbola,
badminton, motocross, …, bahkan untuk pesantren, lihat situs: http://majalah.hidayatullah.com/2010/07/kala-rokok-membelit-kaum-sarungan/, situs ini secara tidak langsung menyarankan
kita untuk cek situs http://legacy.library.ucsf.edu dan http://bat.library.ucsf.edu karena disinyalir terdapat dokumen-dokumen di AS yang menunjukkan adanya makar
industri rokok; di RI?).
7. Saya
memohon kepada Presiden RI, Bapak Jokowi, untuk tidak ragu menandatangani atau
menetapkan regulasi pengendalian tembakau, apalagi untuk rokok karena rokok
TERBUKTI membunuh secara perlahan-lahan, terutama untuk mengantisipasi efek
negatif bagi generasi penerus (yang muda dan anak-anak) kita; sedangkan
‘pembatasan’ tembakau adalah alih-fungsi tembakau TIDAK sekadar bahan rokok,
tetapi tembakau difungsikan sebagai bahan medis atau pertanian (lihat misalnya:
http://www.republika.co.id/berita/en/national-politics/15/06/01/np9d7n-cigarette-smoking-kills-600-thousand-people-every-year;
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/22/nrw7e0-regulasi-rokok-di-indonesia-tak-mampu-lindungi-anak;
atau http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/06/14/o8r4md382-jokowi-tak-mau-ikutikutan-tanda-tangani-konvensi-pengendalian-tembakau).
8. Sebenarnya,
rokok itu pahlawan atau biang kerok di negeri ini? Di sini perlu data riil dari
seluruh stakeholder, minimalnya dari
perspektif kesehatan dan ekonomi. Bisa jadi argumen yang muncul, misalnya: “Ya,
menguntungkan secara ekonomi, tapi kerugian kesehatan lebih besar.” Nah, lho?
9. Jadi,
kembali ke masalah self-explanatory,
khususnya dari perspektif perokok: Perokok itu pahlawan kesiangan, biar puas,
pahlawan konyol! Layaknya pahlawan, ia mengorbankan dirinya untuk kepentingan
orang banyak; layaknya pahlawan, pengorbanannya itu jangan dibilang-bilang;
maka, layaknya pahlawan budiman, jangan mengorbankan orang lain apalagi
kekasihnya; merokoklah di dalam botol seperti poster di Puskesmas: enak
sendiri, pengap sendiri, dan mati sendiri … Namun, perokok pun punya kekasih
yang diharapkannya membantunya untuk berhenti merokok. Kekasihnya itu begitu
mencintai perokok, sehingga perokok tahu diri bahwa dirinya dicintai dan
bertanya sendiri: masak kekasihku kalah oleh rokok? Perokok pun punya
bangsa-negara dan bangsa-negaranya ini kompak-menyepakati dan memerangi bahwa
rokok adalah musuh bersama!
10. Ini
kisah ibu saya yang saya saksikan berhasil membuat bapak tiri berhenti merokok.
Ibu saya pun merokok. Bapak tiri bingung, kok kekasihnya jadi perokok … Dia pun
berhenti merokok, apalagi ibu saya yang sekadar ‘menantang’ (Sunda: nyungkun; Inggris: hoax? Arab: istidraj)
bapak tiri.
11. Slogan
“Hari Tanpa Tembakau Internasional/Sedunia” itu SALAH BESAR; seharusnya: “Hari
Tanpa Rokok Sedunia”; atau “No Smoking”, mengapa tidak “No Cigarette”, mungkinkah?
12. Saya
pun ‘menyaksikan’, rokok, miras, atau
dugem begitu dekat dengan dunia narkoba (narkotika dan obat/bahan berbahaya).
Setiap hari, menurut BNN, 50 orang mati gara-gara mengonsumsi narkoba di negeri
ini. Sungguh hidup yang sia-sia … Na’uudzubillaahimindzaalik,
aamiin.
Karena itu, mari berhenti merokok
dan cari solusi untuk tembakau, sehingga bukan sekadar bahan untuk rokok dan
orang tembakau (petani) pun tidak dirugikan. Mungkin, tembakau harus di-industrialisasi untuk medis dan
pertanian seperti industri rokok yang merambah ke berbagai ranah kehidupan
kita.
Nah, bapak dan ibu guru, apa yang
akan kita ajarkan kepada murid di kelas kalau murid kita tahunya dari iklan
bahwa perokok itu orang hebat dan mereka tahu bahaya rokok dari hasil membaca;
setelah itu, mereka berhenti membaca?
Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan (QS 3: 191, Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia).
Soal ‘tembakau’ pun, kita masih pro-kontra. Ya, gitu dech, ramainya dunia …
Aluzar Azhar, perokok yang
mengimbau tidak merokok!
Bandung, 20160623, 23.53.