Balad OMO

Rabu, 14 September 2016

Hari Perdamaian Dunia

Sumber foto: https://id.wikipedia.org/wiki/Perdamaian_(album), Akses: 13/9/2016.


Keterangan tanggal 21 September sebagai Hari Perdamaian Dunia, saya peroleh dari Wikipedia (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_hari_penting_di_Indonesia, Akses: 31/3/2016). Namun ketika saya mengetik ‘hari perdamaian dunia’ di Google, Wikipedia menyajikan dua artikel: (1) Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Perdamaian_Internasional, Akses: 13/9/2016 dan (2) Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Perdamaian_Sedunia, Akses: 13/9/2016.

Di awal artikel, Wikipedia mengingatkan bahwa (kedua) artikel tersebut bukan mengenai Hari Perdamaian Dunia. Meskipun demikian, pada artikel pertama, tanggal 21 September disebut sebagai Hari Perdamaian Internasional (International Day of Peace) atau Hari Perdamaian Dunia (World Peace Day); sedangkan pada artikel kedua ditulis bahwa Hari Perdamaian Sedunia (World Day of Peace) adalah suatu perayaan dalam Gereja Katolik Roma yang didedikasikan untuk  perdamaian dan diperingati setiap tanggal 1 Januari.

Saya pun googling lagi. Dari dafar judul situs-situs, mayoritas menunjukkan bahwa tanggal 21 September merupakan Hari Perdamaian Dunia. Kemudian beberapa situs, saya buka; diperoleh keterangan, misalnya, Hari Perdamaian Dunia ditetapkan pada sidang umum PBB tanggal 28 September 2001 dan telah disetujui dengan resolusi Nomor 55/282 (Sumber: http://news.merahputih.com/peristiwa/2015/09/21/selamat-hari-perdamaian-dunia-2015/27151/, Akses: 13/9/2016).

Bahkan Presiden—dan keluarganya—terdahulu pun memperingati tanggal 21 September sebagai Hari Perdamaian Dunia (lihat Sumber: http://siwalimanews.com/show.php?mode=headline&id=1567&path=list-headline.html, Akses: 13/9/2016 dan Sumber: https://nasional.tempo.co/read/news/2014/09/21/173608557/keluarga-gus-dur-peringati-hari-perdamaian-dunia, Akses: 13/9/2016).


Isu Damai

Esai ini tidak akan membahas ‘kebenaran’ tanggal 21 September sebagai Hari Perdamaian Dunia. Tetapi esai ini mencoba untuk mengangkat makna ‘perdamaian’. Terus terang, yang terngiang dalam benak saya sekaligus menginspirasi esai ini adalah lagu qasidah  “Perdamaian” yang dipopularkan oleh grup Nasida Ria.

Ada dua versi lirik lagu “Perdamaian” ini, yakni:

Perdamaian, perdamaian, perdamaian perdamaian [2x]
Banyak yang cinta damai tapi perang makin ramai [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya

Perdamaian, perdamaian, perdamaian perdamaian [2x]
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya

Wahai kau anak manusia, ingin aman dan sentosa
Wahai kau anak manusia, ingin aman dan sentosa
Tapi kau buat senjata, biaya berjuta-juta [2x]

Banyak gedung kaudirikan, kemudian kauhancurkan [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya

Perdamaian, perdamaian, perdamaian perdamaian [2x]
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya

Rumah sakit kaudirikan, orang sakit kauobatkan [2x]
Orang miskin kaukasihi, anak yatim kausantuni [2x]
Peluru kauledakkan, semua jadi berantakan [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya

Perdamaian, perdamaian, perdamaian perdamaian [2x]
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai[2x]
Bingung bingung ‘ku memikirnya
(Sumber: http://qasidahlagunegeriku.blogspot.co.id/2012/08/perdamaian-lirik-lagu-nasidaria.html, Akses: 13/9/2016).


Kemudian,

Perdamaian.. perdamaian..
Perdamaian.. perdamaian..
Banyak yang cinta damai
Tapi perang makin ramai
Bingung, bingung ‘ku memikirnya

Wahai kau anak manusia
Ingin aman dan sentosa
Tapi kaubuat senjata
Biaya berjuta-juta
Banyak gedung kaudirikan
Kemudian kauhancurkan
Bingung, bingung ‘ku memikirnya

Rumah sakit kaudirikan
Orang sakit kauobatkan
Orang miskin kaukasihi
Anak yatim kausantuni
Bom atom kauledakkan
Semua jadi berantakan
Bingung, bingung ‘ku memikirnya


Lirik lagu “Perdamaian” diciptakan pada tahun 1979 oleh Abu Ali Haidar yang ternyata nama samaran dari seorang ‘alim kesohor Jawa Tengah, bernama KH A. Buchori Masruri. Menurut Isya Anshory Harmaj, lagu “Perdamaian” merupakan lagu saduran “Ya Asmar Ya Tamar Hindi”  karya musisi Lebanon: Essam Rajji (Sumber: http://qasidahinbox.blogspot.co.id/p/pencipta-lagu-lagu-nasida-ria.html, Akses: 13/9/2016, dengan judul “Abu Ali Haidar Sang Maestro”).

Menikmati lagu “Perdamaian” sejak usia kanak-kanak ini, sungguh membekas dalam benak; apalagi di zaman itu ada acara televisi favorit keluarga Indonesia, yakni “Dunia dalam Berita” yang disiarkan TVRI pada jam 21 WIB. Acara ini pun  mengilhami lagu “Dunia dalam Berita” ciptaan Abu Ali Haidar juga; maka klop selama dua dekada (1970-an akhir hingga 1990-an awal), lagu dan acara ini booming.

Di tahun 2004, group band Gigi merilis lagu “Perdamaian” dengan genre rock. Mungkin, secara tidak langsung, Gigi terilhami “Serangan 11 September 2001” oleh ‘teroris’ ke menara kembar WTC (World Trade Center) di New York City, USA (Wikipedia lumayan lengkap mengurai peristiwa ini, lihat Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_11_September_2001, Akses: 13/9/2016).

Peristiwa “Serangan 11 September” itu bisa dibilang ‘puncak’ kekesalan ‘teroris’ kepada USA (Amerika Serikat); ada yang bilang realita ini adalah puncak ‘gunung es’ yang muncul secuil di samudra karena sebelum dan setelah peristiwa ini bermunculan ‘fitnah kubro’  antar-SARA di dunia. Yang gres, jika Hillary Clinton dianggap sebagai biang ISIS; justru lawannya di pemilu capres USA pada 8 November 2016 nanti, Donald Trump berkampanye dengan menyebar isu anti-Islam. Jadi, podo waé  atau  who care?

Seiring bertambahnya usia, saya mendapat ilmu atau—tepatnya—isu semisal: teori konflik modern itu korban adalah justru pelaku. Kemudian kalau ingin damai, bersiaplah perang! dan kalau yakin kalah, bergabunglah! (dari Niccolo Machiaveli atau dari Sun Tzu-kah?).


Makna Perdamaian

Yuk, mari renungkan lagu “Perdamaian”. Memang, awalan ‘per’ dan akhiran ‘an’ akan memberi arti ‘proses’ damai. Jadi, damai itu belum terwujud dan—karenanya—harus diwujudkan.

‘Damai’ itu (1) tidak ada perang; tidak ada kerusuhan; aman; (2) tenteram; tenang; dan (3) keadaan tidak bermusuhan; rukun (KBBI). Wow, begitu ‘sederhana’; begitu mudah seperti membalikkan telapak tangan. Realisasinya, memang ‘bola kusut’ antara cita dan fakta; antara vested interest dan HAM.

Mungkin, memberi makna dari hasil ‘membaca’ lagu “Perdamaian” adalah satu kata, satu fakta, yakni jika benar cinta ‘damai’, ya jangan cipta alat perang; jika berminat jadi ‘polisi’ dunia, ya jangan jadi penjahat dunia. Karena ‘bola kusut’ tadi; karena sebab-akibat; karena ironis-tragis; karena bingung mana yang antipati-empati-simpati; dan karena menyesal itu selalu di akhir.

Jadi, kalau hidup ingin damai, ciptakanlah kedamaian. Mudah kan?

Bom atom kauledakkan
Semua jadi berantakan

Aya-aya waé ah, Jang Niko mah!



Bandung, 20160914, 14.59.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar