Sumber foto: https://id.wikipedia.org/wiki/Perdamaian_(album),
Akses: 13/9/2016.
Di awal artikel, Wikipedia mengingatkan
bahwa (kedua) artikel tersebut bukan mengenai Hari Perdamaian Dunia. Meskipun demikian,
pada artikel pertama, tanggal 21 September disebut sebagai Hari
Perdamaian Internasional (International Day of Peace) atau
Hari Perdamaian Dunia (World Peace
Day); sedangkan pada
artikel kedua ditulis bahwa Hari Perdamaian Sedunia (World Day of Peace) adalah suatu
perayaan dalam Gereja Katolik Roma
yang didedikasikan untuk
perdamaian dan diperingati setiap
tanggal 1 Januari.
Saya pun googling
lagi. Dari dafar judul situs-situs, mayoritas menunjukkan bahwa tanggal 21 September
merupakan Hari Perdamaian Dunia. Kemudian beberapa situs, saya buka; diperoleh
keterangan, misalnya, Hari Perdamaian Dunia ditetapkan pada sidang umum PBB
tanggal 28 September 2001 dan telah disetujui dengan resolusi Nomor 55/282 (Sumber:
http://news.merahputih.com/peristiwa/2015/09/21/selamat-hari-perdamaian-dunia-2015/27151/,
Akses: 13/9/2016).
Bahkan Presiden—dan keluarganya—terdahulu pun
memperingati tanggal 21 September sebagai Hari Perdamaian Dunia (lihat Sumber:
http://siwalimanews.com/show.php?mode=headline&id=1567&path=list-headline.html,
Akses: 13/9/2016 dan Sumber: https://nasional.tempo.co/read/news/2014/09/21/173608557/keluarga-gus-dur-peringati-hari-perdamaian-dunia,
Akses: 13/9/2016).
Isu Damai
Esai ini tidak akan membahas ‘kebenaran’ tanggal 21
September sebagai Hari Perdamaian Dunia. Tetapi esai ini mencoba untuk
mengangkat makna ‘perdamaian’. Terus terang, yang terngiang dalam benak saya sekaligus
menginspirasi esai ini adalah lagu qasidah “Perdamaian” yang dipopularkan oleh grup Nasida
Ria.
Ada dua versi lirik lagu “Perdamaian” ini, yakni:
Perdamaian, perdamaian, perdamaian perdamaian [2x]
Banyak yang cinta damai tapi perang makin ramai [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya
Perdamaian, perdamaian, perdamaian perdamaian [2x]
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya
Wahai kau anak manusia, ingin aman dan sentosa
Wahai kau anak manusia, ingin aman dan sentosa
Tapi kau buat senjata, biaya berjuta-juta [2x]
Banyak gedung kaudirikan, kemudian kauhancurkan [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya
Perdamaian, perdamaian, perdamaian perdamaian [2x]
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya
Rumah sakit kaudirikan, orang sakit kauobatkan [2x]
Orang miskin kaukasihi, anak yatim kausantuni [2x]
Peluru kauledakkan, semua jadi berantakan [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya
Perdamaian, perdamaian, perdamaian perdamaian [2x]
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai[2x]
Bingung bingung ‘ku memikirnya
Banyak yang cinta damai tapi perang makin ramai [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya
Perdamaian, perdamaian, perdamaian perdamaian [2x]
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya
Wahai kau anak manusia, ingin aman dan sentosa
Wahai kau anak manusia, ingin aman dan sentosa
Tapi kau buat senjata, biaya berjuta-juta [2x]
Banyak gedung kaudirikan, kemudian kauhancurkan [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya
Perdamaian, perdamaian, perdamaian perdamaian [2x]
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya
Rumah sakit kaudirikan, orang sakit kauobatkan [2x]
Orang miskin kaukasihi, anak yatim kausantuni [2x]
Peluru kauledakkan, semua jadi berantakan [2x]
Bingung-bingung ‘ku memikirnya
Perdamaian, perdamaian, perdamaian perdamaian [2x]
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai[2x]
Bingung bingung ‘ku memikirnya
(Sumber: http://qasidahlagunegeriku.blogspot.co.id/2012/08/perdamaian-lirik-lagu-nasidaria.html,
Akses: 13/9/2016).
Kemudian,
Perdamaian.. perdamaian..
Perdamaian.. perdamaian..
Banyak yang cinta damai
Tapi perang makin ramai
Bingung, bingung ‘ku memikirnya
Wahai kau anak manusia
Ingin aman dan sentosa
Tapi kaubuat senjata
Biaya berjuta-juta
Banyak gedung kaudirikan
Kemudian kauhancurkan
Bingung, bingung ‘ku memikirnya
Rumah sakit kaudirikan
Orang sakit kauobatkan
Orang miskin kaukasihi
Anak yatim kausantuni
Bom atom kauledakkan
Semua jadi berantakan
Bingung, bingung ‘ku memikirnya
(Sumber: http://fatkhurelrohman.blogspot.co.id/2014/12/lirik-qosidah-perdamaian.html,
Akses: 13/9/2016).
Lirik lagu “Perdamaian” diciptakan pada tahun 1979 oleh Abu Ali Haidar yang ternyata nama samaran dari
seorang ‘alim kesohor Jawa Tengah,
bernama KH A. Buchori Masruri. Menurut Isya Anshory Harmaj, lagu “Perdamaian”
merupakan lagu saduran “Ya Asmar Ya Tamar Hindi” karya musisi Lebanon: Essam Rajji (Sumber:
http://qasidahinbox.blogspot.co.id/p/pencipta-lagu-lagu-nasida-ria.html,
Akses: 13/9/2016, dengan judul “Abu
Ali Haidar Sang Maestro”).
Menikmati lagu “Perdamaian” sejak usia kanak-kanak ini,
sungguh membekas dalam benak; apalagi di zaman itu ada acara televisi favorit
keluarga Indonesia, yakni “Dunia dalam Berita” yang
disiarkan TVRI pada jam 21 WIB. Acara ini pun
mengilhami lagu “Dunia dalam Berita” ciptaan
Abu Ali Haidar juga; maka klop selama
dua dekada (1970-an akhir hingga 1990-an awal), lagu dan acara ini booming.
Di tahun 2004, group band Gigi
merilis lagu “Perdamaian” dengan genre rock.
Mungkin, secara tidak langsung, Gigi terilhami “Serangan 11 September 2001” oleh
‘teroris’ ke menara kembar WTC (World Trade Center) di New York City, USA (Wikipedia lumayan lengkap mengurai
peristiwa ini, lihat Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_11_September_2001,
Akses: 13/9/2016).
Peristiwa “Serangan 11 September”
itu bisa dibilang ‘puncak’ kekesalan ‘teroris’
kepada USA (Amerika Serikat); ada yang bilang realita ini adalah puncak ‘gunung
es’ yang muncul secuil di samudra karena sebelum dan setelah peristiwa
ini bermunculan ‘fitnah kubro’ antar-SARA di dunia. Yang gres, jika Hillary Clinton dianggap
sebagai biang ISIS; justru lawannya di pemilu capres USA pada 8 November 2016 nanti,
Donald Trump berkampanye dengan menyebar isu anti-Islam. Jadi, podo waé atau who care?
Seiring bertambahnya usia, saya mendapat ilmu
atau—tepatnya—isu semisal: teori konflik modern itu korban adalah justru
pelaku. Kemudian kalau ingin damai, bersiaplah perang! dan kalau yakin kalah,
bergabunglah! (dari Niccolo Machiaveli atau dari Sun Tzu-kah?).
Makna Perdamaian
Yuk, mari renungkan lagu “Perdamaian”. Memang, awalan
‘per’ dan akhiran ‘an’ akan memberi arti ‘proses’ damai. Jadi, damai itu belum
terwujud dan—karenanya—harus diwujudkan.
‘Damai’ itu (1) tidak ada perang; tidak ada kerusuhan;
aman; (2) tenteram; tenang; dan (3) keadaan tidak bermusuhan; rukun (KBBI). Wow, begitu ‘sederhana’; begitu mudah
seperti membalikkan telapak tangan. Realisasinya, memang ‘bola kusut’ antara
cita dan fakta; antara vested interest
dan HAM.
Mungkin, memberi makna dari hasil ‘membaca’ lagu
“Perdamaian” adalah satu kata, satu fakta, yakni jika benar cinta ‘damai’, ya
jangan cipta alat perang; jika berminat jadi ‘polisi’ dunia, ya jangan jadi
penjahat dunia. Karena ‘bola kusut’ tadi; karena sebab-akibat; karena
ironis-tragis; karena bingung mana yang antipati-empati-simpati; dan karena
menyesal itu selalu di akhir.
Jadi, kalau hidup ingin damai, ciptakanlah kedamaian.
Mudah kan?
Bom atom kauledakkan
Semua jadi berantakan
Aya-aya waé
ah, Jang Niko mah!
Bandung, 20160914, 14.59.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar