Balad OMO

Senin, 30 Januari 2017

Indonesia adalah Bakso

#kimi (kisah mini)
#indonesia_adalah_bakso

kami jarang bertemu bulanan ini
digong, anak perempuanku
usianya menjelang 32 bulan
alhamdulillaah, sudah bisa bilang:
pengen pipis …
jadi lumayan ngirit pamper
meski belum bisa bedakan:
mana pipis, mana pup

seminggu kemarin
jangan cerita soal Indonesia kini
meski seorang kawan bilang
bahwa Indonesia sedang genting
tapi di saat kami bersua-canda itu
digong kok berteriak lantang:
“Indoneca adalah baco!”
begitu jelas, begitu fasih
tak perlu dubber atawa translator
“Apa maksudnya?” tanyaku
digong malah ketawa-ketiwi
eh, semakin lantang:
“Indoneca adalah @#$%^&*()_+!”
wah, kosakata di benaknya diabsen

sudah seminggu ini
aku tak habis pikir
apa maksud ‘bakso’ versi digong
dan apakah ia tahu:
‘Indonesia’ itu apa atau siapa?

semoga kita lekas ketemu, digong
dan aku harap
kamu tahu Indonesia oleh sendiri
bukan dari orang lain
terutama dariku

bandung, 20170130-23
c.q. ‘puisi’ ini di-share juga ke grup fb Proisi kemudian ke sini:
http://fiksiana.kompasiana.com/aluzar_azhar/indonesia-adalah-bakso_589345aa959373332a4ef4b4

Sabtu, 28 Januari 2017

Masjid itu ...

#masjid
·         tempat sujud (etimologi: sajada).
·         QS 9:108 dasar taqwa; 9:18 makmurkan; dan 72:18 punya Allah SWT.
·         rumah atau bangunan tempat bersembahyang orang Islam (KBBI).
·         pusat ibadat dan budaya (Sidi Gazalba).
·    #mari_saling_ingatkan: yang sampai ke Allah SWT adalah ikhlas; saya setuju dengan Dewan Kemakmuran Masjid = lebih kentara ‘fastabiqul khairaat’-nya daripada Dewan Keluarga Masjid.
·        #khotbah; saya mengendus jadwal khotbah (khutbah) jum’at saling rebutan; usul: (1) selain syarat imam-khatib yang sudah ‘baku’, dimohon tahu diri jika suara imam-khatib tidak jelas didengar ma’mum/mustami’, ganti oleh anak/mantu atau yang lain; (2) maksimalkan SDM imam-khatib lokal karena selain bermakna pembelajaran (menambah jam terbang, kaderisasi) juga menciptakan shilaaturrahiim di kampung/instansi itu; serta (3) bagaimana kalau khatib-imam jum’at itu dua orang, yakni khatib yang berlatar belakang disiplin non-agama dengan imam yang dikenal tahsin dalam bacaannya? semoga usulan yang ke-3 ini sedikit mengentaskan ‘kemiskinan’ (etimologi: sakana, diam). wa Allaah a’lam.


@relisa 20170128, 13.13

Draf Cerpen Bidong 13

#bidong_13
kamu sudah diberi kesempatan oleh Tuhan, Bidong
kamu telah berbuat dosa besar tetapi Tuhan beri kamu kesempatan
dan kini kamu ingkari kesempatan itu
kamu berbuat dosa besar lagi: kamu tinggalkan kekasihmu!
kembalilah
kamu pun tahu: penyesalan itu slalu di akhir
di kala itu, aku pun tak dapat menolongmu


@proisi 20170128, 09.35

Kamis, 26 Januari 2017

Nyanyian Penipu

tapi aku bukan penipu
mana ada maling ngaku

tuhanku, aku bukan penipu
tuhan tak jawab
karena hati yang bicara
mengapa tak didengar

sungguh, aku bukan penipu
mengapa ada lagu:
Kuda lumping nasibnya nungging
Mencari makan terpontang-panting
Aku juga dianggap sinting
Sebenarnya siapa yang sinting?

nah lho
kamu kan penipu
kalau tak nipu
kamu tak nungging
kamu tak sinting

tuhan, sungguh bantu aku
aku bukan penipu
tuhan tak bantu
karena tuhan menjauh
karena diri menjauh

maka tinggal aku:
Nyanyi
Penipu menyanyi
Sebelum
Mereka mati
Sunyi
Hati sang penipu
Sebab
Tak bisa menipu diri sendiri

@Proisi 20170126, 21.22
c.q. lagu Iwan Fals & Swami II, “Kuda Lumping”

add. 'puisi' ini awalnya berjudul: "Penipu Ini Bernyanyi"

Jumat, 20 Januari 2017

Wahai Bidadari Surgaku

Baiklah, Bidadari Surgaku
Mari kembali mengeja cinta
Kebersamaan yang kita sepakati
Kebahagiaan yang kita idamkan

Atau biar kutanya lagi arti cintamu
Yang sesungguhnya tak perlu kaujawab
Karena apa yang kamu citakan
Adalah keniscayaan kita semua

Ya, siapa yang tak ingin bahagia
Di dunia sekaligus di akhirat kelak?
Dan apa makna bahagia
Jika tak selamat?

Maka, wahai Bidadari Surgaku
Aku ingin menginjak bumi
Dan nalarku tak lebihi langit
Semoga kamu pun

Aku ingin kita raih target terdekat
Aku ingin kita tak korupsi seperti pejabat
Aku ingin kita tak gandakan uang duplikat
Aku ingin kita bahagia karena selamat

Lantas, mengapa aku masih bertanya
Apa makna bahagiamu
Jika yang kaucitakan tak abadi?
Sementara raga kita mengaus

Lalu, aku mulai meragu
Huruf-huruf c.i.n.t.a.
Kemudian kata-kata sesal pun
Menyeruak

Salahkan sejarah
Salahkan sekitar
Salahkan Tuhan
Salahkan cinta

Kalau Tuhan tersangka
Adakah kita?
Kalau cinta terdakwa
Adakah surga?

Bidadari Surgaku,
Semoga kita sepakat lagi
Bahwa surga dunia itu
Kitalah penciptanya!

bdg, 20170120, 00.07

c.q. 'puisi' ini di-share juga ke sini:
http://fiksiana.kompasiana.com/aluzar_azhar/wahai-bidadari-surgaku_5880fd6f379773880bcdfa69

Kamis, 12 Januari 2017

Lirik dan Kunci Cinta Sejati

Cinta Sejati
(Vokalis: Ari Lasso; Pencipta: ?)

Intro : G
G Bb
Aku jatuh cinta padamu
F C
Sejak pertama kita bertemu
Bbm Em
Diam menghuni relung hati
A D
Kau tak pernah peduli
G Bb
Tuhan mengapa Kauanugerahkan
F C
Cinta yang tak mungkin tuk bersatu
Bbm Em
Kau yang tlah lama kucintai
A D
Ada yang memiliki

Reff :
G B Em
Cinta sejati tak akan
D7 C G
Pernah mati slalu menghiasi
A C D
Ketulusan cinta ini

Intro : G
G Bb
Jalan hidup tlah membuat kita
F C
Harus senantiasa bersama
Bbm Em
Lewati sgala suka-duka
A D
Tiada cinta bicara

Reff. … oh …
Reff

G B Em
Dan kau slalu hanya
D7 C
Diam membisu
G
Meskipun kautahu
A C D
Betapa dalam cintaku …

oh … ye …

Coda:

A Bb G
Aku jatuh cinta padamu.


Bandung, 12 Januari 2017, 00.17.

Senin, 09 Januari 2017

Draf: Energi Ampunan

Tesis

Tulisan ini tidak bahas kasus Ahok, meski saya punya hipotesis: urusan manusia dengan manusia lagi, jangan bawa-bawa Tuhan; tentu sebagai orang yang beriman, jika urusan itu mentok, ya istirja’ (innaa lillaahi wa innaa ilaihii raaji’uun); atau punya ‘dosa’ kepada manusia kok mohon ampun kepada Tuhan seperti dengan bolak-balik umroh?

Saya akui, tulisan ini semakin ‘dirangsang’ oleh ini:
Yang punya ‘hipotesis’: Demikian hasil dari pengkajian yang telah kami lakukan terhadap Al-Qur’an dan Alkitab. Dari hasil pengkajian kita lihat bahwa Al-Qur’an tidak begitu jelas serta kurang tegas berbicara mengenai bagaimana agar dosa-dosa dapat dibersihkan atau dihapuskan. Sementara Alkitab membicarakannya dengan lebih jelas dan lebih tegas.

Insya Allah, saya punya antitesis-nya, namun sayang, mohon maaf, saya belum bisa fokus, sehingga masih ada data yang kurang dan wayahna (terpaksa) disajikan dalam bentuk draf dulu.

Antitesis

Dua tahun kemarin, ada seorang kawan yang mengingatkan perihal ‘kesaktian’ ampunan Tuhan. Sayang, lupa ditulis di mana! Wadoh, kawan itu harus saya kejar lagi …

Kemudian saya menulis esai “Menghapus Dosa” … Sayang, masih draf juga. Namun, beberapa tema telah dihimpun, misalnya:
1.      Manusia alamat khilaf dan salah (Hadis).
2.      Apa itu dosa dan ampunan?
3.      Dosa dan ampunan menurut Quran.
4.      Perjanjian ‘primordial’ (Hadis).

5.      Doa tobat Nabi ‘Adam a.s. & Siti Hawa (Q 7: 23), doa mohon ampun (Q 3: 16), dan doa sapu jagat (Q 2: 201 + Hadis).

Sintesis

Hingga usia kini, saya punya hipotesis: “TOBAT menghapus dosa besar; istighfar menghapus dosa kecil, termasuk dosa syirik-ayo, mumpung hidup!" Ember, kenapa KITA segan meminta maaf kepada sesama manusia?

Bocoran, silakan cek/search: ‘dosa’, ‘ampun’ … di Anonim. “Al-Quran Digital Versi 2.1”. Jumadil Akhir 1425/Agustus 2004. Website: http://www.alquran-digital.com. E-mail: info@alquran-digital.com.

Semoga hidup kita damai ( #dosa = perasaan tidak tenang), aamiin, yRa.


Bandung, 9 Januari 2017.

Minggu, 08 Januari 2017

Lirik Melati dari Jayagiri

Melati dari Jayagiri
(C: Iwan Abdurachman, V: Bimbo)

Melati dari Jayagiri
Kuterawang keindahan kenangan
Hari-hari lalu di mataku
Tatapan yang lembut dan penuh kasih

Kuingat di malam itu
Kauberi daku senyum kedamaian
Hati yang teduh dalam dekapan
Dan kubiarkan kaukecup bibirku

Mentari kelak kan tenggelam
Gelap kan datang dingin mencekam
Harapanku bintang kan terang
Memberi sinar dalam hatiku

Kuingat di malam itu
Kauberi daku senyum kedamaian
Mungkinkah akan tinggal kenangan
Jawabnya tertiup di angin lalu

(Instrumen 1 x)

Mentari kelak kan tenggelam
Gelap kan datang dingin mencekam
Harapanku bintang kan terang
Memberi sinar dalam hatiku

Kuingat di malam itu
Kauberi daku senyum kedamaian
Mungkinkah akan tinggal kenangan
Jawabnya tertiup di angin lalu

(Salam baktos, Kang Iwan Abdurachman & Bimbo
Hatur nuhun …)

Bandung, 8 Januari 2017.

Sabtu, 07 Januari 2017

Ngemutan Kang Emil

Anotasi: saya kok kurang sreg dengan editan Admin K, apalagi tambah foto tanpa konfirmasi … maka saya share kembali di sini (ini file awal sebelum diedit Admin K); silakan bandingkan dengan ini:


c.q. Ngemutan (Sunda) = mengingatkan; Kang Emil = Ridwan Kamil, Walikota Bandung.

Trigger tulisan ini boleh jadi gara-gara membaca koran Tribun Jabar edisi kemarin (3/1, hlm. 12); sehalaman penuh merekap ‘prestasi’ Pemkot Bandung di tahun 2016 (kaleidoskop dari Januari hingga Desember). Sayang, saya tidak sempat membeli koran itu. Tak sempat pula me-ricek secara online. Semoga ada yang sempat mengoleksi koran tersebut atau lebih detail mengetahui perihal ‘prestasi’ itu.

Dari berita itu, saya hanya sempat ‘menangkap’ dua program yang menjadi ‘jagoan’ Kang Emil, yakni (1) Magrib Mengaji dan (2) Kredit Melati. Setahu saya, program Magrib Mengaji ‘dihidupkan’ kembali oleh kebijakan Kang Emil untuk meng-counter serangan dunia medsos yang tidak mengenal waktu. Saya setuju, meskipun muncul pertanyaan: apakah Magrib Mengaji itu mengikat warga Kota Bandung; yaitu jika warga tidak mengaji di waktu magrib, kena sanksi, misalnya sanksi fisik (disuruh push-up) atau sanksi materi (wajib ngencleng ke masjid Rp 5.000,-)?

Kalau saya, waktu usia SD, diomelin sampai nangis oleh bapak saya, kalau saya tidak mengaji di waktu magrib.

Kemudian program Kredit Melati. Seingat saya ‘Melati’ itu singkatan dari ‘melawan rentenir’. Iklannya tanpa agunan. Dulu, saya pernah cek persyaratannya, malah sempat antre di Jalan Naripan itu. Wah, saya tidak memenuhi syarat! Singkat cerita, mengapa saya melansir: “BPR/Kosipa semakin menggurita dan rentenir semakin menggila” di beberapa tulisan saya?

Kang Emil, tulisan ini sekadar ajakan bercermin, khususnya bagi saya, sebagai sesama warga yang lahir dan besar di Kota Bandung serta kebetulan seumur dengan Akang. Hajeuh, jadi GR … (neda hapunten, mohon maaf).

Kahartos Mung Teu Acan Karaos
Terpaksa saya cantumkan di sini jargon ‘pemain’ politik kelas abal-abal yang saya pungut dari berbagai ruang dan waktu informal: “Kahartos mung teu acan karaos” (Sunda: dimengerti tetapi belum ter-rasa). Konkretnya, program/proyek Pemkot itu dimengerti (bagus) kalau si pemain itu merasa (kebagian atau kecipratan).

Memang jadi miris, jika ‘merasa’ itu semakna dengan mendapat BLT (bantuan langsung tunai). Bagi saya, BLT itu mengajari Rakyat kita jadi pengemis. Mungkin, lebih ‘lembut’-lah dengan mendapat Kredit Melati. Cuma itu, saya kok tidak (mampu) memenuhi syaratnya. Di sisi lain, (semoga) saya bukan ‘pemain’ itu.

Dari mana kita mulai, Kang Emil?

Insya Allah, saya mengapresiasi kebijakan dan manuver Kang Emil, meskipun tidak saya ikuti secara intens. Mungkin, mari kita mulai dari sebait lagu kebangsaan kita: “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya,” yang konon mengilhami program “Revolusi Mental” Jokowi semenjak kampanye pilpres kemarin. Justru dua program ‘jagoan’ (Magrib Mengaji dan Kredit Melati) itu, saya anggap, aktualisasi program Revolusi Mental.

Serius, saya dukung dengan ‘semampunya’ saya. Bahkan, entah GR atau posesif, kita seperti ‘saguru-saelmu’ dengan dua program itu saja; saya meyakini Kang Emil pun—tentu lebih—mafhum perihal aset dan potensi Kota Bandung. Yang menjadi concern dan memang menjadi tugas ‘mahaberat’ kita, jika mental sedunia menomorsatukan uang (Dari mana kita mulai, Kang, jika ‘UUD’; jika segala kebijakan dan manuver kita ‘ujung-ujungnya duit’?).

Pujian adalah Pembunuhan Kreativitas
Pertanyaan awal gara-gara membaca koran Tribun Jabar itu: Siapa yang pasang berita sehalaman penuh; pihak Tribun Jabar atau iklan dari Pemkot Bandung?

Terlepas dari siapa penulis berita itu; saya kok ngeri dengan tren kiwari bahwa prestasi harus diumumkan (Arab: i’lan = iklan). Apakah dipicu oleh seluruh sistem pendidikan di dunia bahwa murid terpintar harus diberi peringkat kesatu; dan semakin dipacu oleh Buku Rekor Dunia, sehingga orang/lembaga berlomba agar namanya tercantum? Padahal ‘kita’ sepakat: kehidupan dunia ini serba-mungkin, sedangkan kehidupan akhirat itu serba-pasti.

Prestasi diiklankan sah saja dan manusiawi, sebutlah untuk memperoleh ‘trust’. Saya hanya ingin mengingatkan secara ‘filosofis’ bahwa segala pengakuan atau merit-isasi semacam piagam dan piala itu sekadar ‘pujian’, serta pujian di saat menjabat itu—kalau tak klaim sepihak—adalah ‘jilatan’.

Subjudul “Pujian adalah Pembunuhan Kreativitas” merupakan kutipan saya dari seorang kawan yang saya anggap (semoga) ‘tersaleh’. Kemudian saya diingatkan oleh Karni Ilyas di ILC yang melansir kutipan: “Orang lebih suka celaka oleh pujian daripada selamat oleh kritikan;” dan saya pun menebak: mata-telinga Kang Emil sudah penuh oleh realita bahwa ketika menjabat, sekitaran menyemut; tak menjabat, dadah! Yang ironis, pejabat kok tinggal menunggu waktu … prestasi dan korupsi kok beda tipis?

Itulah, Kang, saya pun tak memberi solusi update. Mungkin, genjot terus, sosialisasikan terus Semangat Reformasi, yakni transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas program Pemkot Bandung. Justru warning jika kita (seluruh komponen Kota Bandung) dalam komunikasi yang ‘adem-ayem’ karena bisa jadi telah hadir Bento—si jago lobbying dan upeti sebagaimana lagu “Bento” Iwan Fals—di tengah kita.

Ngemutan, Kang. Pemimpin itu panutan. Pemimpin yang sukses itu ada di hati Rakyat. Wayahna (terpaksa), itu prerogatif Tuhan.

Aduh Kang Emil, mohon maaf, tulisan ini tidak bernas. Kualitas tulisan ini malu-maluin, tapi kok masih berani di-share hanya mengandalkan GR bahwa kita sebaya. Meureun (mungkin), gara-gara si saya saja di Kota Bandung ini yang omong: “Kahartos mung teu acan karaos” sehingga indeks bahagia-nya minus, apalagi saya berapologi ngelantur: “Rahasia itu beban hidup” (frasa ini pun kutipan dari seorang penyanyi abg nasional). Wow, siapa yang tidak punya rahasia; lantas, rahasia hak siapa? Sungguh malang, apabila rahasia dibawa mati! Na’uudzubillaahimindzaalik, aamiin.

Bandung, 4 Januari 2016.